PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Ilmu akhlak Tersusun atas dua perkataan yang
bisa di artikan dari segi idhafy. Secara idhafy, ilmu akhlak, adalah
segala macam ilmu yang ada kaitannya dengan akhlak”. Dalam pengertian seperti
itu, maka daya jangkauannya menjadi luas sekali, termasuklah kedalamnya antara
lain ilmu jiwa ( psychology ), ilmu logika ( ilmu manthiq ), ilmu
sosiologi, ilmu aestetika ( terminologo ), maka ada pula beberapa devinisi.
Menurut Al-Mas’udi dalam bukunya “Taisirul khallaq fieilmiah”
dirumuskan, bahwa ilmu akhlak:” qaidah-qaiadah yang dipergunakan untuk
mengetahui kebaikan hati dan panca indra. Sedang Al-Bustamy merumuskan
sebagai:” ilmu mengenai keutamaan dan cara memperolehnya serta mencelupkannya
kedalam pribadi, kenistaan dan acara-cara menghindarinya
A.
Rumusan Masalah
1. Pengertian ilmu Akhlak?
2. hubungn ilmu Akhlak dengan Ilmu Lainnya?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui sejarah Pertumbuhan dan perkembangan Ilmu
Akhlak
2. Untuk Mengetahui Etika,moral,susila
C. manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini
adalah untukmengetahui “hubungan Akhlak dengan Ilmu Lainnya”
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Ahmad Amin mendefinisikan ilmu
Akhlaq sebagai berikut:”ilmu Akhlaq ialah: ilmu yang menjelaskan apa yang
sepatutnya diperbuat sebagian orang kepada lainnya dalam pergaulan, menjelaskan
tujuan yang sepatutnya dituju manusia menunjukan jalan apa yang selayaknya
diperbuat”.
Secara etimologi, sosiologi berasal dari kata “socious” yang berarti
kawan, dan “logos”yang berarti ilmu.
Jadi sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana manusia berkawan, atau dalam arti luas adalah
ilmu pengetahuan yang berobjek pada kehidupanbermasyarakat
Ahmad Amin mengemukakan bahwa antara ilmu akhlak dan ilmu sosiologi memiliki kaitan yang sangat erat. Ilmu akhlak mempelajari tentang perilaku (suluk), artinya perbuatan dan tindakan manusia yang ditimbulkan oleh kehendak, dimana tidak akan bisa lepas dari kajian kehidupan kemasyarakatan yang menjadi kajian sosiologi.
Ahmad Amin mengemukakan bahwa antara ilmu akhlak dan ilmu sosiologi memiliki kaitan yang sangat erat. Ilmu akhlak mempelajari tentang perilaku (suluk), artinya perbuatan dan tindakan manusia yang ditimbulkan oleh kehendak, dimana tidak akan bisa lepas dari kajian kehidupan kemasyarakatan yang menjadi kajian sosiologi.
BAB III
PEMBAHASAN
ILMU AKHLAK
A. PENGERTIAN ILMU AKHLAK
Dua cara yang dapat digunakan untuk memahami ilmu akhlak yaitu: pendekatan
liguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologik
(peristilahan)
. Segi kebahasaan,akhlak berasal dari bahasa arabyaitu aqlaka,yang berarti as-sajiyah(perangai) ath-thabi”ah (kelakuan,watakdasar)al-adat (kebiasaan,kezalimanal-ma”ruah(peradaban yang baik)dan al-din (agama). Kata akhlak jamak dari katakhuluq ataukhulukun.
. Segi kebahasaan,akhlak berasal dari bahasa arabyaitu aqlaka,yang berarti as-sajiyah(perangai) ath-thabi”ah (kelakuan,watakdasar)al-adat (kebiasaan,kezalimanal-ma”ruah(peradaban yang baik)dan al-din (agama). Kata akhlak jamak dari katakhuluq ataukhulukun.
Sedangkan untuk merujuk arti akhlak ini dapat di ambil
beberapa pendapat
para imam,sebagai berikut:
para imam,sebagai berikut:
“sifat yang tertanam dalam jiwayang mendorongnya untuk melakukanperbuatan
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Imam Gazhali berpendapat :
“sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam
perbuatandengan gampang dan mudah
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Secara subtansi definisi akhlak tersebut
saling melengkapi sebagai berikut :
Pertama perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang telah tertanamkuat dalam jiwa seseorang,sehingga telah menjadi kepribadiannya.
adalah perbuatan yang telah tertanamkuat dalam jiwa seseorang,sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua,perbuatan akhlak adalah perbuatan yang di lakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran
Ketiga,bahwa perbuatanaklhlak adalah perbuatan yang timbuldari dalam diri orang yang
mengerjakannya,tanpa ada paksaan dan tekanan dari luar.
Keempat, bahwa perbuatan akhlakadalah perbuatan yang di lakukandengan sesungguhnya,bukan main-main atau
bersandiwara
.
.
Kelima,sejalan dengan cirri yang keempatperbuatan
akhlak adalahperbuatan yang di lakukan karena ikhlas
semata-mata karena allah, bukan karena ingin di puji orang.
Dalam mu’jam al Wasith di sbutkan bahwa :
Artinya :“ilmu yang objek pembahasannya adalah
tentang nilai-nilai
yang berkaitan dengan perbuatan manusiayang dapat di sifatkan yang baik atau buruk”.
yang berkaitan dengan perbuatan manusiayang dapat di sifatkan yang baik atau buruk”.
B.
Ruang lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak
Pokok-pokok yang di bahas dalam ilmu akhlak adalah intinya perbuatan manusia.
Perbuatan tersebut di tentukan kriterianya apakah baik atau buruk.
. Ahmad Amin mengatakan :”bahwa objek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut di tentukan baik atau buruk”. Muhammad Ghazhali mengatakan bahwa kawasan pembahasan ilmuakhlak adalah seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
. Ahmad Amin mengatakan :”bahwa objek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut di tentukan baik atau buruk”. Muhammad Ghazhali mengatakan bahwa kawasan pembahasan ilmuakhlak adalah seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
C . Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Mustafa Zahri,
mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu adalah untuk membersihkan kalbu
dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehinggahati menjadi suci dan
bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima nur (cahaya)Tuhan.
SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK
Dalam kaitan hal ini, akan di bahas mengenai sejarah pertumbuhan dan
perkembangan ilmu akhlah dengan pendekatan religi, yaitu:
pertama pertumbuhan dan perkembangan
akhlak di luar ajaran agama islam.
Kedua, pertumbuhan dan perkembangan ilmu
akhlak dalam ajaran agama islam
A. ILMU AKHLAK DI LUAR AGAMA ISLAM
1.Akhlak Pada Masa Yunani
Dasar yang di gunakan para pemikir yunani dalam mengukur ilmu akhlak adalah
pemikiran filsafat tentang manusia atau pemikiran tentang manusia dan bersifat
filosofis yaitu filsafat yang bertumpu pada kajian secara mendalamterhadap
potensi kejiwaan yang terdapat dalam diri manusia atau bersifat antroposentris
dan mengesankan bahwa akhlak adalah sesuatu yang fitri, yangaka nada bersamaan dengan
adanya manusia dan hasil yang di dapatkan berdasar pada logika mumi.
Filosofis Yunani yang pertama kali mengemukakan pemikiran di bidang akhlak
adalah Socrates (469-399SM).
Kemudian di ikuti oleh pengikutnya adalahCynic dan Cyrenic. Kedua golongan tersebut sama-sama berbicara tentangperbuatan baik,utama dan mulia.
Kemudian di ikuti oleh pengikutnya adalahCynic dan Cyrenic. Kedua golongan tersebut sama-sama berbicara tentangperbuatan baik,utama dan mulia.
Setelah Plato hadir Aristoteles (394-322SM). Aristoteles berpendapat bahwa “tujuan
akhir yang di kehendaki manusiadari apa yang di lakukannyaadalah bahagia atau
kebahagiaan. Jalan untuk mencapai kebahagiaan itu adalah dengan
mempergunakan akal sebaik-baiknya.
2. Akhlak Pada Masa Romawi
Ajaran akhlak yang terlahir saat ini (abad pertengahan) adalah ajaran
akhlak yang di bangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan Nasrani di antara
mereka yang terkenal adalah Abelard,Perancis (1079-1142) dan
ThomasAquinas,Italy (1226-1274).
B.
Akhlak Pada Agama Islam
Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Islam dengan titik
pangkalnya pada tuhan dan akal. Agama islam pada intinya mengajak manusia agar
percaya kepada Tuhan dan mengakuinya bahwa Dialah pencipta,pemelihara,pemberi
rahmat,pelindung terhadap apa yang ada di di dunia ini. Selain itu,agama islam
juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan memuat ajaran yang
menuntut umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Hukum-hukum islam yang
mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah,pokok-pokok akhlak dan
perbuatan yang baik.
Sangatlah jelas bahwa dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengndung
pokok-pokok akidah keagamaan. Keutamaan akhlak dan prinsip-prinsip dan tata
nilai perbuatan manusia. Mengenai pembinaan akhlak dapat di jelaskan pendapat
Ath-Thabatabi sebagai berikut:
Pertama,menurut petunjuk al-Quran dalam hidupnya manusia hanya menuju
kebahagiaan,ketenangan,dan pencapaian cita-cita.
Kedua,perbuatan-perbuatan yang di lakukan manusia senantiasa berada dalam
suatu kerangka peraturan dan hokum tertentu.
Ketiga,jalan hidup terbaikdan terkuat manusia adalah jalan hidup
berdasarkan fitrah,bukan berdasarkan emosi dan dorongan hawa nafsu
.[1]
.[1]
Hubungan Ilmu Akhlaq dengan
Ilmu-ilmu Lainnya
1.
Hubungan antara ilmu akhlak dengan
ilmu Tauhid
Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu
Tauhid dapai dilhat dari analis berikut ini diantaranya :
A. Dilihat dari segi obyek pembahasannya yaitu
menguraikan masalah Tuhan baik dari segi zat,sifat dan perbuatannya, dengan
demikian Ilmu Tauhid akan mengarahkan perbuatan manusia menjadi ikhlas, dan
keihlasan itu merupakan salah satu akhlak mulia.
B. Dilihat dari fungsinya, ilmu Tauhid menghendaki agar
seseorang yang bertauhid tidak hanya cukup menghafal rukun iman yang enam
dengan dalil-dalilnya saja, tetapi yang terpenting adalah agar orang yang
bertauhid itu meniru dan menyontoh terhadap subyek yang terdapat dalam rukun
iman itu. Dengan demikian beriman kepada rukun iman yang enam itu akan memberi
pengaruh terhadap pembentukan akhlak mulia.
Jadi jelas bahwa ilmu tauhid sangat erat kaitannya dengan pembinaan akhlak yang
mulia. Dengan demikian dalam rangka pengembangan Ilmu akhlak, bahan-bahannya
dapat digali dari ajaran tauhid dan keimanan tersebut.
2.
Hubungan antara ilmu akhlak dengan
ilmu tasawuf
Sebagaimana diketahui bahwa dalam
tasawuf masalah ibadah amat menonjol, karena bertasawuf itu pada hakikatnya
melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, haji, zikir, dann lain
sebagianya, yang semuanya itu dilakukan dalam rangka mendekatkatkan diri kepada
Allah, ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf itu ternyata erat
hubungannya dengan akhlak.
Dalam hubungan ini Harun Nasution lebih lanjut mengatakan, bahwa ibadah dalam
islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al-qur’an
dikaitkan dengan takwa, dan takwa berarti melaksanakan perintah Tuhan dan
menjauhi larangan-Nya, yaitu orang yang berbuat baik dan jauh dari yang tidak
baik. Inilah yang dimaksud dengan ajaran amar ma’ruf nahimunkar,
mengajakan orang pada kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal yang tidak baik.
Tegasnya orang yang bertakwa adalah orang yang berakhlak mulia. Harun Nasution
lebih lanjut mengatakan, kaum sufilah, terutama yang pelaksanaan ibadahnya
membawa kepada paembinaan akhlak mulia dalam diri mereka.
3.
Hubungan antara ilmu akhlak dengan
ilmu jiwa ( ilmu-nafs )
Ilmu jiwa suatu ilmu yang
menyelidiki bekas-bekas jiwa seseorang seperti: pengetahuan, perasaan dan
kemauannya, dan dalil bekas dan akibatnya mengambil faidah dari padanya.
Dengan lain perkataan, ilmu jiwa
sasarannya meneliti peranan yang dimainkan dalam perilaku manusia. Karenanya
dia meneliti tentang suara hati ( dhamir ), Kemauan ( iradah ), daya ingatan,
hafalan, dan pengertian, sangkaan yang ringan, ( waham ) dan
kecenderungan-kecenderungan( awathif ) manusia.
Itu semua menjadi lapangan kerja
jiwa, yang menggerakan manusia untuk berkata dan berbuat. Oleh karena itu ilmu
jiwa merupakan muqaddimah yang pokok sebelum mengadakan kajian ilmu akhlak.
Dikatakan oleh Prof. ahmad Luthfi”, tanpa dibantu oleh jiwa, orang tidak akan
dapat menjabarkan dengan baik tugas ilmu akhlaq”.
4.
Hubungan ilmu Akhlak dengan logika (
ilmu manthiq )
Ilmu manthiq ( logic ) aadalah
pengetahuan yang menggariskan qaidah-qaidah dan umdang-undang berpikir,
sehingga terpelihara manusia dalam berfikir. Jelasnya ilmu manthiq itu untuk
membersikan jiwa dan memperhalusnya supaya dapat berfikir secara baik, mendidik
pikiran dan menjaganya agar terhindar dari kekeliruan dalam membuat suatu hukum
yang didasarkan kepada pikiran.
Kalau dipandang ilmu manthiq sebagai
alat penimbang mengotrol dan neneriksa sesuatu yang berasal dari pikiran, maka
dia kuat sekali ikatannya dengan ilmu akhlak dari dua segi:
A. Ilmu manthik dan ilmu akhlak, masing-masing bertugas sebagai
penimbang sesuatu. Kalau ilmu akhlak merumuskan aturan-aturan di mana manusia
harus berprilaku sesuai dengan aturan itu, maka ilmu manthiq merumuskan
aturan-aturan dimana manusia harus berpikir sesuai dengan aturan yang telah
dirumuskan itu.
B. Ilmu manthiq dan ilmu akhlak keduanya membahas dan meneliti manusia
dari segi yang bersifat kejiwaan, dengan catatan, ilmu akhlak menyorot
manusia dari segi tingkah lakunya sedang ilmu manthiq menyorot dari segi hasil
pikirannya.
Oleh karena itu ilmu manthiq sebagai
kunci untuk mengerti filsafat, dalam pengertian, orang yang tidak memahami ilmu
manthiq tidak akan bisa memahami filsafat. Ilmu akhlak disebut juga dengan
filsafat akhlak, maka orang tidak akan mengerti filsafat akhlak bila tidak
mengerti manthiq. Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa terarah dan baik
atau tidak sesuai prilaku sangat tergantung dan dipengaruhi kepada baik
tidaknya dalam berfikir.
5.
Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu
aestetika ( ilmu jamal )
Ilmu Aestetika, adalah ilmu
pengetahuan yang membahas tentang manusia dari aspek kelazatan-kelazatan yang
ditimbulkan oleh sesuatu pemandangan yang indah dalam diri manusia.[2]
Kebanyakan ahli ilmu mengatakan,
sangat erat hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu aestetika, tak obahnya
laksana hubungan antara paman dengan keponakannya di mana diatasnya bertemu
pada satu nasab atau keturunan. Hanya saja kalau ilmu akhlak yang menjadi
sasarannya dari segi segi perilaku ( suluk ) maka ilmu aetetika sasarannya dari
segi kelezatan yang obyeknya tetap sama taitu diri manusia.
Allah menyuruh manusia memperhatikan
pergantian malam dengan siang dan sesuatu yang diciptakan Allah, baik yang
dilangit dan dibumi. Hal ini merupakan sebab yang paling kuat pengaruh kedalam
jiwa yang membawa manusia mudah ber-iman kepada Allah. Dengan mengamati
( taammul ) alam semesta yang begitu indah dan kuat
serta sedemikian rupa teraturnya menjadi tanda bagi orang yang taqwa.
Dalam surat Yunus ayat: 6, Allah berfirman:
¨bÎ) ÎûÉ#»n=ÏG÷z$#È@ø©9$#Í$pk¨]9$#ur$tBurt,n=yzª!$#ÎûÏNºuq»yJ¡¡9$#ÇÚöF{$#ur;M»tUy 5Qöqs)Ïj9cqà)GtÇÏÈ
Artinya: Sesungguhnya pada pertukaran malam dan
siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa.
Dari keterangan-keterangan di atas,
maka dapat disimpulkan, bahwa sangat erat hubungan antara ilmu aestetika dengan
ilmu akhlak. Orang kalau sudah terbiasa dengan keindahan, maka langkah
berikutnya dia akan senag kepada akhlak yang terpuji.
6.
Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu sosiologi ( ilmu ijtima’)
Secara etimologi Sosiologi berasal dari kata “Socius” yang berarti kawan
dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi sosiologi adalah ilmu
pengetahuan tentang berkawan atau didalam arti luas, adalah ilmu pengetahuan
yang berobyek hidup bermasyarakat. Memang banyak pengertian ( ta’rif ) tentang
sosiologi tentang, antara lain yang dikemukakan oleh P.J. bouman, Samuel Smith
dan Ch. A.Ell wood,tekanannya
kepada“masyarakat“,bukan kepada “hidup bermasyarakat”. Kita lebih tepat memakai
pengertian yang memuat “hidup bermasyarakat”, karena masyarakat tidak
mempunyai arti yang tepat. Ada masyarakat dalam arti luas, ialah kebulatan
daripada semua perhubungan didalam hidup bermasyarakat. Sedangkan dalam arti
sempit, ialah suatu kelompok manusia yang menjadi tempat hidup bermasyarakat,
tidak dalam aspeknya, tetapi dalam berbagai-bagai aspek yang bentuknya tidak
tertentu. Masyarakat dalam arti sempit ini tidak mempunyai arti yang tertentu,
misalnya: masyarakat mahasiswa, masyarakat pedagang, masyarakat tani dan
lain-lain.
Dikatakan Ahmad Amin, bahwa
pertalian antara Ilmu Sosiologi dengan Ilmu Akhlak erat sekali. Kalau Ilmu
Akhlak yang dikaji tentang prilaku (suluk) ,artinya perbuatan dan tindakan
manusia yang ditimbulkan oleh kehendak ,dimana tidak bisa terlepas kepada
kajian kehidupan kemasyarakatan yang menjadi kajian Ilmu sosiologi. Hal yang
demikian itu dikarenakan manusia tidak mungkin melepaskan diri sebagai makhluk
bermasyarakat. Dimanapun seseorang itu hidup , ia tidak bisa memisahkan dirinya
lingkungan masyarakat dimana dia berada walaupun kadar pengaruh itu relative
sifatnya.
Memang manusia adalah makhluk bersyarikat
dan bermasyarakat,saling membutuhkan diantaranya sesamanya. Hal ini jelas
sekali bila kita perhatikan firman Allah surat Al-Hujurat ayat : 13 :
$pkr'¯»tâ¨$¨Z9$#$¯RÎ)ä3»oYø)n=yz`ÏiB9x.s4Ós\Ré&uröNä3»oYù=yèy_ur$\qãèä©@ͬ!$t7s%ur(#þqèùu$yètGÏ94¨bÎ)öä3tBtò2r&yYÏã«!$#öNä39s)ø?r&4¨bÎ)©!$#îLìÎ=tã×Î7yzÇÊÌÈ
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.
6.
Hubungan antara akhlak dengan aqidah
dan Iman
Sesungguhnya antara akhlak dengan
aqidah dan iman terdapat hubungan yang sangat kuat sekali ,karena akhlak yang
baik itu sebagai bukti dari keimanan dan akhlak yang buruk sebagai nukti atas
lemahnya iman. Semakin sempurna akhlak seseorang muslim berarti semakin kuat imannya.
Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shaleh yang menambah keimanan dan
memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh nabi
SAW dan akhlak yang baik adalah satu penyebab masuk jannahnya seseorang.
Akhlak yang baik dalam muamalah
dengan Allah mencakup 3 perkara :
1. Membenarkan
berita-berita dari Allah
2. Melaksanakan
hukum-hukum-Nya
3. Sabar dan ridha
kepada takdirnya.
9. Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Hukum
Pokok pembicaraan kedua hukum ini adalah
perbuatan manusia, dan tujuan keduanya juga sama, yaitu mengatur perbuatan
manusia untuk kebahagiaan mereka. Akan tetapi, cakupan ilmu akhlak lebih luas.
Ilmu akhlak memerintahkan untuk melakukan apa yang bermanfaat dan meninggalkan
apa yang mengandung mudharat, sedangkan ilmu hukum tidak. Ilmu hukum tidak
memerintahkan apa yang baik untuk dilaksanakan, tidak juga melarang apa yang
buruk untuk dilakukan.
10. Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan
Ilmu Agama
Ilmu agama adalah ilmu yang mengatur tata cara keimanan, peribadatan, kepada
Allah SWT dan kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia kepada Allah,
manusia kepada manusia, dan manusia kepada lingkungannya. Tujuan dari ilmu
agama adalah untuk menjadikan manusia bahagia di dunia dan akhirat, sedangkan
cara untuk bisa menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat salah satunya
adalah dengan akhlak yang baik yang juga selalu diajarkan dalam ilmu agama.
11. Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Ekonomi
Istilah ekonomi dalam bahasa Inggris disebut economic, sedangkan ekonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani, Oikos dan Nomos yang berarti peraturan rumah tangga. menurut Alfred Marshall, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam kehidupan sehari-hari bertindak dalam proses produksi, konsumsi, alokasi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia,
Yang berhubungan dengan ilmu akhlak adalah sistem ekonomi Islam. ekonomi Islam adalah prinsip ekonomi yang berdasarkan syari’at islam yang bertujuan menciptakan kehidupan individu yang sehat dan kuat, sebagai individu atau anggota masyarakat. Dengan akhlak, maka tidak akan terjadi kecurangan dalam proses ekonomi. Semua perilaku ekonomi yang dilakukan akan berlangsung lancar karena semua yang dilakukan didasarkan atas nilai-nilai moral
Dan budi pekerti yang mulia.[3]
ETIKA,MORAL DAN SUSILA
A. ETIKA
Etika berasal dari bahasa yunani : ethos yang berarti watak kesusilaan atau
adat. Etika dalam arti yang khusus mencakup 4 hal sebagai berikut ;
Pertama,
dilihat dari segi obyek pembahasannya,etika berupayamembahas perbuatan yang di
lakukan oleh manusia.
Kedua,dilihat
dari sumbernya,etika bersumberpada akal pikiranatau filsafat.
Ketiga,dilihat
dari segi fungsinya,etika berfungsi sebagai penilai,penentu dan penetap
terhadap suatu perbuatanyang di lakukan manusia,yaitu apakah perbuatan itu di
nilai baik atau buruk.
Keempat,
dilihat dari segi sifatnya etika bersifat relative yang dapat berubah-ubah
sesuai dengan tuntutan zaman.
B.MORAL
Moral barasal dari bahasa latin; mores,yang berarti kebiasaan. Dalam makna
istilah adalah suatu yang di gunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat
perangai,kehendak. Pendapat atau perbuatanyang secara layak dapat di katakana
benar,salah,baik,atau buruk.
Pengertian moral yang lain adalah
:
· Prinsip-prinsip
yang berkenaan dengan benar dan salah,baik,dan buruk.
- Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.
- Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.
C.SUSILA
Susila berasal dari bahasa sansekerta, su dan sila. Su: baik dan
bagus,sedangkan sila: dasar,prinsip,peraturan hidup atau norma. Dengan
demikian, susila mengacu pada upaya membimbing,memandu, mengarahkan,membiasakan
masyarakat hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat.
D.HUBUNGAN ETIKA,MORAL,SUSILA DENGAN AKHLAK
Dari uraian di atas, dapat di jelaskan bahwa etika,moral dan susilaberasal dari
produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif di akui sebagai yang
bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal
dari wahyu,yaitu ketentuan yang berdasarkan petunjuk al_Quran dan hadits.
Dengan kata lain etika,moral,dan sussila berasal dari manusia sedangkan akhlak
berasal dari tuhan.[4]
PEMBENTUKAN
AKHLAK
A. Arti Pembentukan Akhlak
Menurut sebagian ahli, bahwa akhlak itu perlu di bentukkarena akhlak adalah
insting (gharizah) yang di bawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa
masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri yaitu kecenderungan kepada
kebaikan atau fitra yang ada dalam diri manusia. Dan dapat juga berupa
kata hati atau intuisi yang selalu cenderung kepada kebenaran.
B.Metode
Pembentukan Akhlak
Hubungan antara pembinaan akhlak dalam Islam dengan rukun Islam dan iman adalah
di lakukan secara integrated,yaitu system yang menggunakan berbagai sarana
peribatan dan lainnya secara simultanuntuk di arahkan untuk pembinaan akhlak.
Cara lain yang di tempuh dalam pembinaan akhlak adalah pembiasaan yang di
lakukan sejak kecil dan berlangsung secara berkesinambungan. Keteladanan juga
merupakan metode yang sangat perlu di terapkan dalam rangka pembinaan akhlak.
Selain itu, pembinaan akhlak dapat pula di tempuh dengan cara senantiasa
menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya daripada kelebihannya.
Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula di lakukan dengan memperhatikan
factor kejiwaan sasaran yang akan di bina.
C.faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Ada 3 aliran yang dapat di jadikan factor dasar yang mempengaruhi pembentukan
akhlak, yaitu :
(1) nativisme
(2) empirisme dan
(3) konvergensi
.
Menurut aliran nativisme,bahwa factor yang berpengaruh terhadap pembentukan
diri seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa
kecenderungan,bakat,dan lainnya.
Sedangkan empirisme, menyatakan bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan
social,termasuk pembinaan dan pendidikan yang di berikan. Dalam pada itu,
aliran konvergensi berpendapat bahwa pembentukan akhlak di pengaruhi oleh
factor internal yaitu pembawaan si anak, dan factor dari luar yaitu pembinaan
dan pendidikan yang di bentuk secara khusus, atau melalui interaksi dalam
lingkungan sosial.
D.Manfaat
Akhlak yang Mulia
Ada beberapa hal yang menjadi kegunaan dari akhlak yang mulia,yaitu di
antaranya :
1. memperkuat dan menyempurnakan agama
2. mempermudah perhitungan amal di akhirat
3. menghilangkan kesulitan
4. selamat di dunia maupun di akhirat[5]
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN :
Bahwa pengertian akhlak :
Pertama perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang telah tertanamkuat dalam jiwa seseorang,sehingga telah menjadi kepribadiannya.
adalah perbuatan yang telah tertanamkuat dalam jiwa seseorang,sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua,perbuatan akhlak adalahperbuatan yang di lakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran
Ketiga,bahwa perbuatanaklhlak adalah perbuatan yang timbuldari dalam diri orangyang mengerjakannya,tanpa
ada paksaan dan tekanan dari luar.
.
.
Keempat, bahwa perbuatan akhlakadalah perbuatan yang di lakukandengan sesungguhnya,bukan main-main atau
bersandiwara
.
.
Kelima,sejalan dengan cirri yang keempatperbuatan
akhlak adalahperbuatan yang di lakukan karena
ikhlassemata-mata karena allah,bukan karena ingin di puji orang.
SARAN :
Sebagai
pembaca yang baik,saya berharap ada kritik dan saran dari hasil makalah yang
saya buat. Mudah-mudahan bermanfaat bagi yang membacanya. Walaupun makalah ini
di buat dengan sederhana. Di dalam banyak mengandung perluasan makna dan arti.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Amin. 1995. Etika ( ilmu akhlak ).
Jakarta: Bulan Bintang.
Thaib, Ismail. 1984. Risalah Akhlak. Yogyakarta:
Cv. Bina Usaha
Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an.Jakarta:
Amzah.
Thaib, Ismail. 1984. Risalah Akhlak. Yogyakarta: CV. Bina Usaha.
0 komentar:
Posting Komentar